Press Release
IFMAC News#1
“Indonesia yang Terus Menggeliat”
Stagnasi perekonomian dunia ternyata belum sampai berdampak buruk atas
pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sekalipun tingkat pertumbuhan
perekonomian nasional Indonesia sudah dikoreksi berapa kali dan
diperkirakan tahun lalu hanya berada dikisaran 5,3% namun ini tidak
menyurutkan peluang yang ada.
Sekalipun perekonomian Amerika juga masih belum membaik. Demikian juga
perekonomian Eropa yang belum lepas dari bayangan kebangkrutan. Menurut
Hsu Chi Pen CEO PT Mauson Indonesia Woodworking Industry dalam majalah
WoodMag edisi 39 tahun 2013 menyebutkan ketika kedua kawasan itu
mengalami penurunan sejak tahun 2008, perekonomian Indonesia malahan
kian membaik sejak tahun 2010. Sebuah kontradiksi yang melegakan.
Dalam keadaan sulit pun, seperti diakui oleh mantan Chairman Asmindo
Ambar Tjahjono ketika diwawancarai oleh redaksi WoodMag pada bulan
November 2013, industri mebel Indonesia tetap mengalami pertumbuhan
sekitar lima persen di tahun lalu. Amerika yang menjadi pasar utama
ekspor produk ini diyakininya sudah mulai membaik dibanding waktu
sebelumnya. Diakuinya pula sejumlah negara di Eropa juga sudah mulai
menunjukkan perbaikan dalam perekonomiannya. Masuknya kawasan Eropa
Timur dalam pasar Uni Eropa juga membantu pemulihan ini. Ekspor produk
furnitur Indonesia pun sejak berapa tahun lalu mulai menguat dalam
kawasan baru ini.
Pertumbuhan di kawasan Asia dan Timur Tengah juga ternyata mampu
menyerap produk-produk furnitur dan kayu olahan Indonesia dalam berapa
tahun terakhir. Jepang dan Korea memang masih menjadi tujuan utama
ekspor produk kayu olahan negeri ini. Pasar China juga cukup menggiurkan
terutama pasar kelas menengah dan atasnya. Pasar di negara-negara Islam
Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait juga sudah
mulai dimasuki dalam berapa tahun terakhir. Hanya saja tidak seperti
Malaysia yang mampu memanfaatkan hubungan berdasarkan kesamaan religi,
industri mebel Indonesia lebih mengandalkan pada kualitas dan daya saing
produk.
Tahun | Milyar USD |
---|---|
2008 | 2.25 |
2009 | 1.37 |
2010 | 1.61 |
2011 | 1.34 |
2012 | 1.41 |
Bila selama ini industri mebel dan kayu panel Indonesia sudah cukup
sibuk dengan melayani pasar ekspor, ternyata dalam krisis perekonomian
global saat ini justru dihentakan dengan kenyataan bahwa pada saat yang
sama pasar domestiknya justru tidak terlayani. Bahkan ada kecenderungan,
pasar dalam negeri yang sudah mulai menggeliat dalam berapa tahun
terakhir mendapatkan pasokan dari produsen serupa di luar negeri.
Hal ini diakui oleh seorang pebisnis furnitur nasional yang menyebutkan
jika pasar properti untuk sektor komersial di Medan, Sumatera Utara,
sejak berapa tahun lalu sudah dikuasai oleh pasokan dari luar negeri
seperti China. Ia bahkan berani menyebutkan sekitar 70% kebutuhan produk
panel dan furnitur bagi industri hospitality di kota itu justru dipasok
dari sana.
Tak hanya di sana, Direktur PT Saniharto Enggal Hardjo Ir. Yani
Enggalhardjo saat diwawancarai redaksi WoodMag pada akhir tahun 2012
memprediksikan bahwa pertumbuhan properti di Indonesia dalam tahun 2013
ini melebihi tujuh persen. Menurutnya, di sejumlah daerah tujuan wisata
populer angka pertumbuhan ini terlampaui. Bali misalnya, diperkirakan
pertumbuhan propertinya sudah dua digit. Demikian juga pertumbuhan
bisnis serupa di Yogyakarta dan Surakarta. Bersamaan dengan pertumbuhan
properti itulah terdapat permintaan kuat akan produk-produk panel dan
furnitur yang menjadi pengisinya.
Selain di ketiga kota itu pertumbuhan properti pesat juga tejadi di
Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya,
Balikpapan, Tarakan, Makassar, Manado dan Batam. Di luar itu, kawasan
Batulicin di Kalimantan Selatan yang selama ini kurang dikenal juga
sudah mulai dilirik sebagai tujuan wisata baru.
Jakarta sebagai ibukota negara juga menjadi pusat pertumbuhan properti
yang luar biasa. menurut rumah.com pertumbuhan properti di kawasan
perniagaan Jakarta mencapai 9%. Ini berada di urutan kedua setelah
Beijing yang tumbuh sekitar 11% selama tahun 2013. Lang La Salle
Indonesia mengungkapkan Jakarta tercatat sebagai kota di Asia dengan
pertumbuhan harga properti mewah tertinggi dengan rate sebesar 34,2%.
Ini mengungguli Beijing yang hanya melonjak sebesar 18,1% dalam periode
yang sama. Kurangnya pasokan diduga sebagai penyebabnya. Tak heran bila
Head of Marketing Residential Project JJL Indonesia Luke Rowe meyakini
pertumbuhan apartemen segmen ini akan tetap meninggi di sisa waktu yang
ada pada akhir tahun lalu.
Di sisi lain, Pemerintah lokal DKI Jakarta juga menargetkan pembangunan
rumah susun atau apartemen sederhana dalam jumlah besar, sekitar 4000
unit guna memenuhi kebutuhan residensial di atas tanah negara yang tidak
terpakai selama ini.
Tak hanya di pasar primer, pasar sekuder dalam negeri pun bertumbuh
dengan pesat. Perubahan life style juga menjadi pendorong meningkatnya
pasar dalam negeri terhadap produk mebel dan wood working. Ini
menjadikan para produsen yang semula hanya berfokus pada pasar ekspor
pun segera menoleh.
Menurut Hugues Revuelta dari IDE Studio, kesibukan industri furnitur
semacam perusahaannya yang lebih berorientasi pada pasar ekspor memang
tidak mengabaikan pertumbuhan dalam pasar domestik. Bahkan diakuinya,
pasar domestik selama ini tidaklah menarik karena adanya perbedaan dalam
selera dan life style dengan segmen pasar ekspor yang selama ini
digarapnya.
Perusahaan yang berdomisili di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta ini baru-baru ini memperoleh Design ID Award untuk produk
dinning table-nya. Penghargaan ini menyadarkan pihaknya adanya peluang
pemasaran bagi produknya yang selama ini diekspor. Itu sebabnya ia
mengungkapkan jika pihaknya sedang bersiap untuk masuk dan berkiprah di
pasar dalam negeri mulai tahun 2014 ini.
Ini menandakan bahwa terdapat potensi yang cukup besar bagi industri
wood working termasuk furnitur untuk mulai mengambil bagian dalam
mendorong dan sekaligus menopang pertumbuhan perekonomian nasional.
“Perlu satu dua tahun untuk bisa establish di pasar domestik, dan harus
membangun showroom di sejumlah kota besar seperti Jakarta dan Surabaya,”
jelasnya. Sekalipun ia tetap bersikukuh untuk melakukan pameran di
Singapura yang dianggapnya sebagai internasional hub, namun ia tak
menampik bila pasar domestik saat ini dan ke depan akan memberikan
peluang lebih besar bagi pemasaran produknya. Itu tidak lagi membedakan
mana produk untuk pasar ekspor dan mana produk untuk pasar domestik.
sumber : http://www.ifmac.net/press-release
Post A Comment:
0 comments:
Kolom ini, diperuntukan saling koresponden dan berbagai informasi. Mohon memberikan :
IDENTITAS YANG BISA DIHUBUNGI [ NO HP / EMAIL ]
( Jika tidak ada identitas, komentar akan dihapus )